Ist/Internet
Pemerintah akan mengevaluasi materi tentang pendidikan HIV/Aids di sekolah yang selama ini sudah terintegrasi di sejumlah mata pelajaran seperti Biologi, bahasa Indonesia, Pendidikan Jasmani Kesehatan agar lebih fokus dan tepat sasaran.
"Kurikulum tentang pendidikan HIV/Aids yang sudah diterapkan di sejumlah mata pelajaran akan kita review sehingga jelas sasarannya dan kajian ulang tersebut dimaksudkan agar edukasi tentang HIV/Aids menjadi lebih mudah dimengerti, bukan berada di wilayah abu-abu," kata Dirjen Pendidikan Non-Formal dan Informal (PNFI) Kementerian Pendidikan Nasional Hamid Muhammad dalam keterangannya kepada pers di Jakarta, Jumat (26/11/2010) terkait peringatan hari Aids 1 Desember.
Dirjen PNFI dalam keterangannya didampingi Ketua Harian Komite Nasional Unesco untuk Indonesia Prof Arief Rachman dan Sekretaris Deputi Sekretaris Bidang Pengembangan Program Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) Kemal Siregar. Unesco adalah Badan PBB untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan.
Lebih lanjut dikatakannya, pencegahan penularan HIV/Aids melalui sektor pendidikan dilakukan oleh Kemdiknas, baik melalui jalur formal maupun informal dengan cara memasukkan masalah HIV/Aids agar terintegrasi dengan kurikulum pendidikan dasar, menengah, dan tinggi, serta melalui penyebarluasan buku pedoman, modul, poster, dan televisi.
"Sejak 1994 Kemdiknas melalui sektor pendidikan menjadi pilar utama dalam pencegahan Aids terutama di kalangan remaja yang sangat rentan terkena virus tersebut," katanya.
Hamid menjelaskan, peringatan Hari Aids Sedunia di Kemdiknas diperingati sejak 30 November hingga 1 Desember. Selain upacara pada 1 Desember, juga ada lomba poster remaja, talkshow, pameran sosialisasi dan edukasi, workshop pemetaan dan pengarusutamaan gender untuk penanggulangan HIV/AIDS.
Tahun ini peringatan tersebut bertema Universal Acces and Human Right (Akses Universal dan Hak asasi Manusia) dengan subtema Peningkatan Hak dan Akses Pendidikan untuk Semua Guna Menekan Laju Epidemi HIV/AIDS di Indonesia menuju tercapainya Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs), serta slogan "Stop Aids": Tingkatkan Hak dan Akses Pendidikan untuk semua.
Sementara itu, Ketua Harian Komite Nasional Unesco untuk Indonesia Prof Arief Rahman mengatakan langkah sistematis yang patut dilakukan pemerintah yaitu adanya pengetahuan tentang rehabilitasi dan manajemen.
Didalam manajemen, katanya, ada tiga hal rujukan yang ditentukan Unesco yakni salah satunya dipastikan negara itu punya regulasi pencegahan AIDS.
Selain itu pemerintah harus menyiapkan SDM seperti guru dan dokter. Selain itu juga perlu lembaga bantuan karena pihaknya tidak yakin, pencegahan AIDS dapat dilakukan hanya oleh kementerian ataupun lembaga institusi pemerintah lainnya.
"Perlu lembaga "supporting agencies" kalau kementerian bergerak sendiri saya tidak yakin akan tercapai," katanya.
Arief menjelaskan, pentingnya kesadaran akan AIDS tergantung beberapa hal. Yakni pandangan agama terhadap kesehatan, Kedua tipologi kultural dimana anak laki-laki berumur sama ditempatkan dalam satu rumah sehingga terjadi kontaminasi.
Selain itu adalah intervensi politik,lanjutnya, adanya keputusan presiden ialah politik tapi bagaimana pendapat DPR yang juga berdampak pada masalah keuangan sehingga kesadaran akan AIDS rendah. "Harus ada alokasi dana DPR dan DPRD sebagai prevensi AIDS," katanya.
Jumlah penderita AIDS di Indonesia hingga Agustus 2010 mencapai 21.770 kasus dan sebanyak 4.128 orang diantaranya dinyatakan meninggal dunia.
Data Kementerian Kesehatan menyatakan, perkembangan epidemic HIV di Indonesia termasuk yang tercepat di Asia. Dari 21.770 kasus tersebut, 10.471 kasus atau hampir 50 persen diantaranya adalah usia 20-29 tahun.(Irf/At)
Thank you for visited me, Have a question ? Contact on : youremail@gmail.com.
Please leave your comment below. Thank you and hope you enjoyed...
0 comments:
Post a Comment